Jumat, 10 Mei 2013

Bunga untuk Vienny

"Selamat pagi, perkenalkan namaku Ratu Vienny Fitrilya bisa di panggil Vienny. Aku pindahan dari Yogyakarta dan mulai hari ini aku jadi murid di sekolah ini. Tolong ajari aku supaya cepat membaur disini ya. Terima kasih." Suara lembut yang lumayan kencang ini terdengar di dalam kelas, termasuk dikupingku dan membangunkanku dari mimpiku. Ternyata, aku baru sadar kalau di kelasku ini ada murid pindahan. "Hm... Cantiknya natural sih, coba rambutnya panjang sepinggang, mungkin bakal lebih cantik.", Itulah awal ucapan hatiku sendiri waktu pertama kali menyukai sesosok cewek berambut sebahu ini, ya, dia, Vienny.

3 Bulan semenjak Vienny berada di kelasku, akupun mulai sadar kalau perasaanku bukan hanya sekedar mengaguminya saja. Vienny itu cewek berbakat menurutku, dia cantik, pintar, jago menggambar serta.... Dia memiliki 1 hal yang tidak di punyai oleh perempuan lain, yaitu... Rasa sayangku. Memang aneh, kita bisa tiba - tiba sayang pada orang yang baru kita kenal dengan kelebihannya saja, tapi inilah perasaanku kepada Vienny. Aku sempat ngobrol dengan Vienny, ya walaupun cuman sekedar berbincang - bincang hal yang sepele saja, tetapi itu cukup membuatku senang. Apalagi ketika melihat senyumannya yang membuat matanya ikut tersenyum, Ah... Smiling eyes!. Dan disini aku mulai tau, hal yang menyenangkan itu ketika kita melihat orang yang kita sayang tersenyum bahagia karena kita dan inilah yang kulakukan ke Vienny, dia tersenyum. Indah. Ya, Vienny indah dimataku. Selalu.

 Bel pulang sekolah...
"Eh, Al. Pulang kemana? Boleh bareng gak? Aku gak di jemput nih sama Ayahku." Tanya Vienny yang membuatku kaget karena mendapatkan permintaan seperti itu.
"Ha? Boleh kok. Rumah kamu dimana emangnya?" Jawabku dengan tenang walaupun dalam hati aku senang sekali karena bisa mengantar Vienny untuk pulang kerumahnya.
"Rumahku dikomplek Fatmawati. Kamu dimana? Kalo gak searah, aku naik ojek aja deh gapapa. Takut nyusahin kamu."
"Oh disitu. Aku di komplek sebrang rumah kamu loh padahal, haha. Mau bareng? Motor aku ada di parkiran belakang sih, jalan dulu yuk kebelakang, atau kamu mau nunggu disini sambil aku ambil motor dulu?"
"Aku nemenin kamu deh keparkiran, daripada disini dan udah mulai sepi juga. Yuk, Al." Celetuk Vienny dengan sedikit menyenggolkan bahunya kebadanku dan membuat hatiku sedikit berdesir.

Diparkiran...
"Yuk naik kemotorku, Vien." Ajakku.
"Oke, pelan pelan ya bawanya, ntar kenapa - kenapa lagi dijalan." Jawabnya dengan sedikit khawatir dan langsung duduk di bangku motorku.
"Santai aja lagi, hati aku udah sering kenapa - kenapa kok sama kamu."
"Maksudnya? Kok bawa - bawa hati sih?" Tanyanya heran.
"Haha, bercanda doang. Yuklah berangkat." Jawabku sambil malu - malu karena Vienny belum mengetahui perasaanku yang sebenarnya kepada dia.
Dalam perjalanan, akupun juga menuruti permintaan Vienny untuk membawa motorku untuk tetap pelan. Tetapi karena terlalu pelan, akhirnya pikiranku melayang - layang akibat melihat senyuman Vienny di spionku. Ah... Mungkin bagimu hanya teman sekelas saja yang pulangnya searah Vien, ungkapku dalam hati.
"Al, belok kanan disitu ya, itu paling pojok rumahku."
"Sip." Jawabku singkat, ucapan Vienny tadi membuyarkan lamunanku tadi.

Didepan rumah Vienny...
"Udah nyampe nih, Non. Turunlah, tukang ojegnya mau pulang." Ucapku dengan nada sedikit usil.
"Iya makasih ya, Bang. Bayar berapa nih? Haha." Jawabnya dengan nada usil juga, serta senyum tawanya membuat matanya terlihat tersenyum juga. Ah, smiling eyesnya Vienny...
"Make hati situ bisa?" Tanyaku kembali dengan sedikit tersenyum.
"Bisa, tapi situ juga harus ngasih saya bunga matahari dulu, baru deh ntar dikasih hatinya. Haha." Jawabnya lagi dengan bercandaannya.
"Ah, bisa aja. Eh, Vien boleh minta nomer handphone? Mau dong buat iseng - iseng SMSan, biar ada temen supaya handphone aku gak sepi." Ucapku dengan ragu - ragu.
"Boleh kok, bentar ya aku catet dulu." Diapun mengeluarkan selembar kertas kecil berserta pulpen untuk mencatat nomer handphonenya untukku. "Nih, ntar kalo SMS aku tolong kasih nama dibawahnya ya biar ntar aku tau kalo itu dari kamu." Lanjutnya lagi dan memberikan selembar kertas kecil yang bertuliskan nomer handphonenya.
"Oh oke. Thanks ya, Vien. Aku pulang dulu."
"Sip. Hati - hati juga ya, Al."
Viennypun melambaikan tangan dan akupun perlahan menjauh dari rumahnya Vienny. Dari kaca spionku, terlihat Vienny sudah masuk dalam rumahnya. Akupun menuju rumahku dengan perasaan senang karena bisa mengantar Vienny pulang kerumahnya dan mendapatkan nomer handphonenya juga.

Dirumah Al...
Jam 8 malam sudah lewat, berarti aktivitasku dari belajar sudah selesai, berserta merapikan buku untuk mata pelajaran esok hari. Lalu, akupun berfikir untuk SMSan dengan Vienny.
Akupun mengambil handphoneku yang tergeletak di atas lemari, lalu menuliskan nomer handphone Vienny didalam kontakku yang nomer handphonenya dikasih oleh Vienny, pas tadi sore mengantarnya pulang.
Akupun langsung menulis teks message untuknya dan akhirnya kami mengobrol di SMS.




Pagi hari di depan rumah Vienny...
"Vienny... Vienny... Vienny..." Teriakku didepan rumah Vienny untuk pergi kesekolah bareng dengan dia.
"Iyaaa. Al ya? Tunggu sebentar yaaaa." Jawab seorang cewek yang suaranya tetap sangat lembut di kupingku. Ya... Walaupun suaranya lumayan agak kencang.
"Okeee."
Sekitar beberapa menit menunggu Vienny keluar dari rumahnya, ternyata ada Ayahnya yang sedang ingin berangkat ke kantor dan akupun hanya malu - malu karena takut dan cemas bila Ayahnya tidak mengizinkanku mengantar Vienny kesekolah bersamaku.
"Temannya Vienny?" Tanya sesosok lelaki berkemeja rapih kepadaku, ya, dia, Ayahnya Vienny yang mendatangiku didepan rumahnya.
"Iya, Om. Saya temannya Vienny" Jawabku agak sedikit kaku .
"Ohhh. Maaf ya, si Vienny tadi kayaknya telat bangun jadinya kamu disuruh nunggu dulu deh. Nama kamu siapa?" Tanya Ayahnya Vienny.
"Nama saya Al, Om. Iya, gapapa kok, Om." Jawabku dengan tenang, karena menurutku Ayahnya si Vienny ini termasuk Ayah yang ramah.
"Al, ya? Baru kali ini rasanya Vienny mengajak teman cowoknya kerumah untuk nganterin dia kesekolah."
"Iya, Om. Wahhh, ternyata Vienny baru kali ini juga ya ngenalin teman cowoknya ke Om? Saya jadi gak enak." Ucapku dengan malu - malu.
"Iya. Gapapa kok, Al. Tolong jagain Vienny ya, diakan masih baru di sekolahnya yang sekarang. Kamu jaga dia ya, Al." Ucap Ayahnya yang sedikit tegas. Namun, tetap kelihatan ramah seperti anaknya.
"Iya, Om. Tenang aja."
"Yaudah, Om berangkat kerja dulu ya. Hati - hati naik motornya"
"Iya, Om. Hati - hati juga ya, Om" Jawabku dengan sekaligus mencium tangan Ayahnya Vienny.
Tiba - tiba Viennypun keluar dari rumahnya dan langsung berlari menujuku dan motorku.
"Ayo, Al kita berangkat. Ntar kita telat loh." Ucap Vienny dengan semangat dan senyumannya... Aku sebenarnya tidak tahan melihat senyumannya Vienny yang membuat kedua matanya ikut tersenyum dan karena senyumannya ini yang menjadikan aku selalu menambahkan rasa sayang ke Vienny.
"Yuk, naik kemotorku. Kita berangkat." Jawabku dengan sekaligus menyalakan motor dan berangkat menuju ke sekolah bersama Vienny.

Disekolah...
"Tadi Ayahku bicara apa tentang aku ke kamu?" Tanya Vienny yang tiba - tiba datang padaku yang ternyata langsung duduk di sampingku bangkuku.
"Kegeeran banget sih kamu, Vien. Aku sama Ayah kamu gak ngobrolin tentang kamu kok. Weee." Jawabku sambil memeletkan lidah.
"Ih. Gitu banget ya. Okelah." Ucap dia dengan nada sedikit bete.
"Haha, bercanda kali. Tadi kata Ayah kamu, aku disuruh jagain kamu dan katanya, kamu baru kali ini ngajak temen cowok kamu kerumah kamu buat nganterin kamu sekolah."
"Tuhkan... Dasar si Ayah, bikin aku malu aja cerita kayak gitu ke kamu."
"Kenapa malu? Gapapa lagi. Mau gak beberapa hari ini aku yang nganter sama jemput kamu sekolah? Barengan aja sih, kita kan gak jauh - jauh banget jarak rumahnya. Lagian, kasihan kamunya Vien kalo harus nunggu Ayah kamu jemput disekolah, terus Ayah kamu juga terburu - buru pulang dari kantornya buat jemput kamu juga."
"Serius nih boleh barengan lagi?. Makasih ya, Allll." Ucapnya dengan semangat lalu menepuk pundakku.
"Boleh kok. Yaudah kamu kembali kekursi kamu gih, udah mau ada guru nih." Ucapku dengan nada lembut.
"Okeee"

3 bulan lebih aku dekat dengan Vienny. Ya, indahnya masa pendekatan... Tapi tetap saja aku selalu memendam rasa sayangku ini pada Vienny dan  akupun selalu merasa, kalau status diam diam sayang ini lebih indah, walaupun sedikit menyakitkan ketika melihat Vienny dekat dengan teman cowoknya yang lain di dalam kelas. 3 bulan yang kulalui bersama Vienny itu menurutku indah, dari masa nganter jemput dia pulang, bercanda dengan dia lewat SMS dan lain - lain hal yang membuatku merasa, kalau Vienny itu gadis satu - satunya yang bisa membuatku jatuh cinta. Tetapi, akhir - akhir ini akupun berfikiran untuk mengajaknya pergi.

Di depan rumah Vienny...
"Udah nyampe nih. Kok sepi ya?" Tanyaku kepada Vienny yang selama 3 bulan lebih ini mengisi bangku kosong di motorku.
"Kayaknya lagi pada pergi nih." Jawabnya dengan kebingungan juga, lalu turun dari motorku.
"Eh, Vien... Hm..."
"Kenapa, Al?"
"Mau ke dufan gak? Aku traktir kok." Tanyaku dengan sedikit gugup.
"Ke dufan? Okeee. Asik di traktirrr. Berdua doang tapinya?"
"Iya ke dufan. Berdua doang sih... Hehe."
"Yaudah gapapa kok, besok jemput aku yaaaa. Tapi jam berapa?"
"Jam 10, oke?"
"Okeeee."
 Aku pulang dari rumah Vienny dengan perasaan senang. Ya, Vienny menerima ajakkanku untuk pergi ke dufan bersamanya. Sebelum pulang kerumah, aku sempat mampir ketoko bunga untuk membelikan Vienny bunga.

Di Toko Bunga...
"Mau beli apa, Dek?" Tanya seorang wanita kurus yang terlihat ramah.
"Mau beli bunga nih, Bu. Ada Bunga Mawar Putih sama Bunga Matahari?" Tanyaku.
"Ada kok. Buat siapa? Pacarnya?" Tanya si Ibu penjual ini dengan nada bercanda.
"Haha. Bukan kok, Bu. Masih calon, doain aja Bu semoga di terima." Jawabku dengan bercanda.
"Amin. Semoga di terima ya, Dek. Mau di ambil kapan bunganya?"
"Besok aja bisa? Saya ambil sekitar jam setengah 10-an ya, Bu."
"Yaudah, saya siapkan dulu supaya besok bisa di ambil disini."
"Makasih, Bu. Totalnya berapa?"
"100rb, Dek."
Akupun memberikan dua lembar uang lima puluh ribu untuk membeli bunga tersebut.
"Makasih ya, Dek. Semoga lancar - lancar aja ya besok." Ucap sang Ibu penjual tersebut sambil tersenyum.
"Sama - sama, Bu. Aminnnn."

Keesokan harinya...
Jam 8 pagi aku sudah bangun meskipun hari ini adalah hari libur. Aku mandi, lalu menyiapkan pakaianku untuk pergi bersama Vienny hari ini. Pakaianku terlihat biasa saja, karena acara ke dufan ini sekaligus refreshing setelah menjelang Ulangan Sekolah yang baru selesai 2 hari yang lalu. Setelah bersiap - siap dan membawa gitar, akupun menuju ruang keluarga untuk nyamperin Ayahku yang sedang asik menonton TV di pagi hari.
"Yah, pinjam mobil boleh gak buat hari ini aja?"
"Buat apa? Tumben banget pinjam mobil pas hari libur gini, pagi - pagi dan udah rapih juga pula. Mau ngajak cewek jalan ya? Haha." Tanya Ayahku sambil tertawa.
"Haha si Ayah kayak gak pernah muda aja. Iya nih yah, pinjam dong." Jawabku dengan sedikit melas kepada Ayahku.
"Yaudah, tuh kuncinya ada di atas lemari ruang tamu. Kamu hati - hati, semoga acara kamu lancar sama cewek yang kamu deketin akhir - akhir ini." Ucap Ayahku kembali dengan nada bercanda.
"AMIIIIIIIIIIIN." Jawabku kembali dengan bersemangat dan mencium tangan Ayahku lalu mengambil kunci mobil di atas lemari ruang tamu.

Di Toko Bunga...
"Bu, Bunga pesanan saya yang kemarin udah siap?" Tanyaku pada Ibu penjual Bunga.
"Sudah kok, Dek. Ini bunganya, semoga sukses ya acaranya bareng calon pacarnya."
"Amin. Doain aja ya, Bu." Jawabku dan langsung menuju mobilku kembali.
Akupun langsung menaruh Bunga Mawar dan Bunga Matahari tersebut ke dalam mobilku di bagian belakangnya bersamaan dengan gitarku.

Di Rumah Vienny....
"Permisi. Vienny... Vienny... Vienny." Teriakku didepan rumah Vienny.
"Iyaaa." Jawab Vienny yang terlihat lebih cantik dengan pakaian Kaos serta Jeans selutut berserta sepatu Converse yang di pakainya. "Loh, tumben bawa mobil. Gak takut macet?" Vienny pun bertanya lagi.
"Engga kok, santai aja. Yuk naik." Ajakku.

Diperjalanan menuju Dufan, aku dan Vienny lebih sangat akrab karena obrolan kami yang sangat asik. Kami sama - sama menyukai Club sepak bola Barcelona, Deathnote dan ternyata Vienny ini juga termasuk orang yang lucu. Ya, lucu, ketika dia menceritakan kalau dia waktu kecil suka mainin anak Ayam. Sungguh... Saat menceritakan segala hal yang mengenai dia, hatiku berdegub kencang karena senang. Vienny menceritakan segala hal yang dia sukai dengan rasa senang apalagi dia menceritakannya dengan nada riang dan selalu tersenyum. Aku menyukai senyum Vienny... Senyum yang terlihat cantik ketika kedua mata yang dia miliki terlihat tersenyum juga. "Vien, aku sayang kamu." ucapku dalam hati ketika melihat senyumannya tersebut.

Di Dufan...
Berjam - jam bersama Vienny di Dufan membuatku senang. Vienny terlihat senang karena mungkin dia sama lelahnya dengan ku setelah selama seminggu ini harus bergelut ria dengan beberapa mata pelajaran. Haripun sudah mulai malam dan akupun mengajak Vienny untuk makan di salah satu restoran yang berada di daerah dufan yang tadinya sudah aku titipkan ke pelayannya sebuah Bunga Mawar Putih, Bunga Matahari berserta gitarku.
"Vien, udah malem nih. Kamu gak laper? Makan dulu yuk sebelum pulang." Tanyaku kepada Vienny.
"Laper sih. Mau makan dimana?" Tanyanya kepadaku.
"Aku tau kita makan dimana, yuk ikut aku." Akupun mengajak Vienny dan ternyata tanpa sengaja akupun meraih tangannya dan bergandengan dengannya. Dari tempatku ke tempat restoran yang kutuju tidak terlalu jauh. Tetapi sungguh, ketika tanganku menggandeng tangan Vienny hatiku tetap berdegup kencang dan pada saat aku menggandeng tangannya dan menoleh ke si Vienny tetap terlihat biasa saja mimik mukanya... Ah, Walau sesedih apapun juga walaupun tak bisa juga suatu hari nanti pasti ku kan teringat harapanku pasti akan terus jadi kenyataan. Kenyataan ketika Vienny mempunyai rasa yang sama seperti perasaanku padanya.



Di Restoran...
"Mau makan apa?" Tanyaku kepada Vienny.
"Nasi goreng aja deh." Jawabnya sambil melihat - lihat menu.
"Oke."
Ketika makanan pesananku dengan Vienny datang, akupun berbincang - bincang dengan Vienny.


Setelah berbincang - bincang dan makananku bersama Vienny sudah habis, pelayanpun mulai membereskan semua kotoran yang berada di meja makanku bersama Vienny. Setelah membereskan meja dan kembali kedapur, si pelayan tersebut membawa gitarku kepadaku.
"Loh, kok bawa gitar?" Tanya Vienny.
"Emang gak boleh?" 
"Boleh sih, tapi untuk apa?" Tanyanya lagi dengan perasaan keponya.
"Gapapa kok. Suka lagu apa?" Aku kembali bertanya kepadanya.
"Aku suka lagu To Be With You nya Mr. Big. Kamu tau?"
"Tau kok. Aku nyanyiin sambil main gitar ya, tapi hanya sebagiannya aja. Gapapakan?"
"Gapapa kokkk. Asikkk, bisa main gitar juga?"
"Iyalah..."
Akupun menyanyikan lagu To Be With You - Mr. Big untuk Vienny...



"I'm the one who wants to be with you, deep inside I hope you feel it too, waited on a line of greens and blues. Just to be the next to be with you. Why be alone when we can be together baby, you can make my life worthwhile and I can make you start to smile." 
To Be With You - Mr.Big
  
Akupun selesai menyanyikan lagu untuk sesosok cewek yang selama ini aku kagumi dan akupun menaruh gitarku ke bangku kosong disebelahku. 
"Wahhh, makasih ya udah mau nyanyiin." Ucap Vienny kepadaku.
"Iya sama - sama." Jawabku sambil tersenyum kepadanya.
Pada saat itu datanglah pelayan dengan membawa Bunga Mawar Putih berserta Bunga Matahari yang kutitipkan tadi siang.
Vienny yang melihat pelayan membawa kedua bunga tersebut terlihat sangat bingung.
"Kok ada bunga?" Tanyanya. Vienny ini emang anaknya rada lemot jadi harus sabar - sabar aja kalau ngomong sama dia.
"Ada yang mau aku omongin, Vien."
"Apa?"
"Kamu pernah ngerasain suka sama seseorang, tetapi hanya bisa di ungkapin setelah tau rasa itu udah gak pantes untuk disimpan terlalu lama?"
"Aku belum pernah ngerasain kayak gitu, aku sih ngerasainnya gak terlalu lama, karena masih baru - baru ini juga sih suka sama seseorang."
"Oh gitu, ada orang yang kamu suka?"
"Iya, ada. Kenapa?"
"Boleh tau?" Akupun mulai cemas dengan jawaban Vienny yang menjawab, kalau dia mempunyai seseorang yang ia sukai.
"Kamu selesaiin omongan kamu ke aku dulu deh. Kan tadi yang ngajak ngomong kamu."
"Hmmm, gini... Aku suka sama kamu, Vien. Dari dulu, dari awal aku ngedenger suara lembut kamu pas pertama kali kamu ngenalin diri di depan kelas. Aku suka senyuman kamu yang terlihat ceria, aku suka sifat kamu yang ramah dan aku suka segala hal yang menyangkut kamu."
"Ini... Serius, Al?"
"Aku serius. Disini aku bawa Bunga Mawar Putih sama Bunga Matahari."
"Terus... Aku disuruh pilih salah satu?"
"Enggak kok. Aku cuman pengen kamu ambil kedua Bunga ini sebagai salah satu saksi kalau aku udah ngungkapin perasaan aku yang sebenarnya ke kamu."
"Oh, gituuu. Tapi arti dari Bunga ini apa sebenernya?" Tanyanya dengan senyum sambil mengambil Bunga yang ku beri untuknya.
"Bunga Mawar Putih itu artinya ketulusan, ketulusan rasa sayang aku ke kamu. Sedangkan, Bunga Matahari itu sebagai kamu yang mempunyai keindahan bersinar dimataku layaknya matahari, selalu ceria dan arti kesetiaan dan kebahagiaan karena aku ketemu kamu." Ucapku dengan nada lembut.
Vienny pun tersenyum mendengar jawaban tersebut dari mulutku dan akupun masih sedikit takut atas pengakuanku tadi. Ya, aku takut atas pengakuan perasaan ku sendiri yang membuat Vienny menjauh dariku.
"Al, makasih ya. Senengloh bisa dapet Bunga dari kamu. Aku juga seneng.... Kalo..."
"Kalo apa?"
"Kalo orang yang baru aku sukai akhir - akhir ini ternyata punya perasaan yang sama ke aku juga." Jawab Vienny dengan muka malu - malu.
"Ini... Serius, Vien?"
"Menurut kamu?" Tanya Vienny dengan nada usil.
"Aku masih gak percaya."
"Kalo kamu gak percaya, mana mungkin aku ngomong gitu. Salah satu keperluan dari rasa sayang adalah rasa kepercayaan, kalo kita gak punya rasa kepercayaan pasti kita gak mungkin bisa sejujur ini akan perasaan kita masing - masing." Jawab Vienny dengan nada halus.
"Vien... Makasih ya, aku seneng."
"Sama - sama, Al. Makasih juga buat kejujuran perasaan kamu ke aku, aku seneng juga kok."



Dan pada saat malam itu, aku tersadar, kalau ternyata tidak semua perasaan yang kita pendam untuk orang yang kita anggap terlalu 'tinggi' untuk kita dapatkan itu tidaklah salah untuk di ungkapkan. Perasaan ini benar adanya, perasaan seseorang itu tidak bisa dipaksakan. Rasa sayang yang tumbuh itu bukan hanya sekedar dari Materi atau Teori, tapi rasa sayang itu tumbuh karena rasa nyaman, suka dan ingin melengkapi satu sama lain. Terima kasih buat sesosok gadis cantik yang selalu mewarnai hariku dengan senyuman bibir dan matanya, Ratu Vienny Fitrilya♥










2 komentar:

Welcome to Tarantula's Blog