"Shinta?" Jawabku bingung.
"Iya, Shinta. Lu dari tadi ngeliatin kak Shinta kan?. Keliatan banget kok, kalo dari kelas 10 dulu lo suka merhatiin dia diem - diem.." Ucap si Revi dengan nada mengejekku.
"Sok tau."
"Halah, kebiasaan banget nutupin perasaan lu sendiri. Nih, gue kasih tau tentang si kak Shinta ya. Dia itu nama panjangnya Shinta Naomi tapi dipanggilnya Shinta dan dia itu salah satu cewek terkenal di sekolah kita karena kecantikannya, tapi ya gitu..."
"Nama panjangnya Shinta Naomi? Cantik ya namanya... Tapi kenapa?" Tanyaku.
"Dia itu judes menurut gue. Haha. Tapi kenapa lo lebih suka sama kak Shinta deh? Dia kan lebih tua dari lo, Ra."
"Judes ya? Haha, keliatan sih dari tampangnya tapi ya tetep aja menurut gue dia cantik. Emangnya kalo suka sama sayang sama seseorang itu harus liat umurnya dulu ya? Bukan dari hatinya?".
"Tuh, naksir benerankan?"
"Daridulu. Dari awal gue ketemu dia diruangan musik. Udah ah, gue mau balik kekelas gue dulu. Duluan ya, Rev." Ucapku kepada Revi dan berjalan menuju kelasku.
Dikelas...
"Ohhh, namanya Shinta. Gila ya gue, naksir dari tahun jebot tapi baru tau namanya dari sekarang." Ucapku dalam hati. Selama 1 tahun lebih ini, aku sudah lama menyukai kakak kelasku yang bernama Shinta Naomi. Aku bertemu dengannya ketika dia masuk kedalam ruangan musik untuk mengembalikan Pianika yang dia pinjam. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya, terutama pada kedua bola matanya yang indah ketika melihat seseorang dengan secara fokus dan tajam serta rambut panjang yang berwarna kecokelatan yang sering ia urai rambutnya ketika dia berada di sekolah, dia cantik sekali menurutku."Eh, Ra. Ngelamun mulu lu. Udah bel pulang lu tetep aja diem di bangku lu." Ucap si Azi teman sebangkuku.
"Udah pulang? Gue baru sadar."
"Ngapain aja lu? Tidur dengan mata terbuka?"
"Kagaklah. Yaudahlah, mending langsung balik yuk kita." Ucapku dengan langsung merapihkan bukuku yang berada di meja lalu memasukkannya ketas dan pergi menuju parkiran.
Diparkiran...
Langkah kakiku sempat terhenti ketika melihat kak Shinta pulang dijemput oleh supirnya dan sempat melambaikan tangannya kepada beberapa temannya. Indah... Ya, indah sekali ketika melihat dia tersenyum ketika kedua bibir merah tebal itu terlihat tersenyum. Akupun hanya bisa menelan ludah, karena mungkin aku tidak akan pernah bisa mendapatkan senyuman seperti itu dari kak Shinta. Setelah aku melihat kak Shinta masuk dari mobilnya akupun langsung menuju motorku dan pergi menuju rumahku.
Dirumah...
Akupun bosan dengan keadaan rumah yang sepi sunyi seperti ini dan akupun langsung berinisiatif untuk menyalakan komputerku untuk browsing serta untuk online di salah satu akun social media milikku."Shinta Naomi" akupun mengetik nama tersebut di tempat bagian Search di akun twitterku. Setelah beberapa menit aku search, akupun menemukan akun twitter kak Shinta tersebut dan nge-stalk twitternya. Ternyata, kak Shinta ini cuman tampangnya aja yang keliatan judes tapi sebenernya dia juga suka ngobrol ataupun bercanda lewat teman - temannya melalui socmed juga. Tapi, setelah mengetahui akun twitter kak Shinta berserta ngestalk twitternya, akupun malah ingin lebih mengetahui gimana aslinya kak Shinta yang sebenarnya. "Udah ah cukup ngestalknya, gak cuman tweetnya yang gue stalk tapi mentionnya juga. Daripada ngestalk terus nemuin sesuatu yang bikin hati nyesek mendingan gue gak usah lanjutin." Ucapku dalam hati dan langsung mematikan komputerku, lalu akupun menuju kasur kamarku untuk beristirahat karena besok aku masih masuk untuk sekolah.
Disekolah...
Pagi hari yang sejuk menurutku dan sepertinya aku kayaknya terlalu cepat untuk datang kesekolah karena diparkiran baru ada motorku saja. Setelah dari parkiran, akupun menuju kelasku yang berada di ujung. Tetapi sebelum aku masuk kekelas, aku sempat melihat kak Shinta yang lari terburu - buru menuju kelasnya yang berada di koridor gedung sebelah. "Pagi - pagi udah liat Bidadari lari - lari tanpa sayap di koridor kelas aja." Ucapku dalam batinku sendiri. Akupun masuk kedalam kelasku dan setelah menaruh tasku, aku ingin ke kantin dulu untuk sarapan bubur yang keliatannya sudah buka di pagi hari seperti ini.
Dikantin...
"Mbak, buburnya satu ya makan disini." Ucapku pada mbak - mbak penjual bubur di kantin sekolahku ini."Iya, sebentar ya, Dek."
Sambil menunggu pesananku sampai, akupun mengeluarkan handphoneku dari saku celanku dan langsung online twitter sambil ngestalk twitter kak Shinta. Tweet terakhir yang diupdate oleh kak Shinta adalah...
Setelah membaca update-an twitternya seperti itu, aku jadi tau alasan dia kenapa tadi lari terburu - buru menuju kelasnya dan ternyata dia mau ngecheck handphonenya yang ada di laci dia yang ketinggalan.
"Misi, boleh numpang duduk disini? Bangku kantin yang lain masih belum diturunin dari atas meja soalnya." Suara lembut dan ramah membuatku kaget ketika yang menyapaku tersebut adalah kak Shinta.
"Eh... Boleh kok, Kak." Ucapku dengan nada sedikit shock karena kak Shinta yang menyapaku tadi.
"Kamu yang waktu itu main piano diruang musik waktu itu kan?" Tanyanya.
"Iya, kakak masih inget?" Aku kaget, ternyata kak Shinta sempat melihat rupaku ketika aku dan dia bertemu di ruangan musik.
"Masih dong. Kamu bisa main piano?"
"Bisa kok, Kak. Kenapa emangnya?"
"Wahhh, keren dong bisa main piano. Kamu namanya siapa? Maaf ya kalo jadi sok akrab gini, sekolah masih sepi soalnya."
"Namaku Ara, Kak. Iya, gapapa kok kak. Kakak sendiri namanya kak Shinta kan?" Tanyaku kembali.
"Salam kenal ya, Ara. Iya, kok kamu tau?"
"Salam kenal juga ya, Kak. Iya, siapa sih yang gak tau kakak disekolah ini. Kakakkan eksis. Haha." Jawabku dengan nada bercanda.
"Eksis apanya cobaaaa. Haha. Kamu bisa bawain lagu apa aja pas lagi main piano?"
"Kakak mau lagu apa? Kalo aku tau, mungkin bisa aku nyanyiin sambil main piano."
"Hm... Terserah kamu deh. Kayaknya seru dinyanyiin make piano."
"Oke, Kak. Mau kapan?"
"Kamu bisanya kapan? Eh, aku kekelas dulu ya, aku lupa ada PR nih yang belum di kerjain. Pokoknya, kamu ada janji sama aku buat mainin piano buat aku." Ucap kak Shinta yang langsung berdiri dari bangku kantin yang berada tepat di depanku.
"Sip!" Jawabku dengan cepat.
Buburkupun yang dari tadi diantar masih belum kesentuh sama sekali karena terlalu asik dengan mengobrol dengan kak Shinta, akupun ingin kembali kekelas tetapi aku harus tetap menghabiskan bubur yang ada di mejaku ini sebelum kembali kekelas.
Dikelas...
Aku masih melamunkan hal yang tak terduga ketika tadi di kantin. Ya, kak Shinta menyapaku, sungguh aku masih tidak percaya akan hal tersebut. Aku suka saat kak Shinta mengajakku mengobrol dengan matanya yang terlihat fokus dengan mata lawan bicaranya. Indahnya..."Woy, Ra! Lu kenapa sih demen banget bengong akhir - akhir ini?" Tanya temanku si Revi yang membuyarkan segala lamunanku tadi.
"Gapapa kok. Lu bikin gue kaget aja, Rev."
"Yeee. Eh, Ra lu pernah jatuh cinta gak sih?"
"Pernahlah, tapi dulu pas gue masih kecil. Gue jatuh cinta sama cewek yang pipinya tembem berambut panjang, dulu dia sama gue ketemu di rumah gue pas dia lagi bertamu. Gue lagi asik belajar main piano, tiba - tiba itu gadis kecil duduk disebelah gue. Gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia. Konyol gak sih, pas lo masih kecil umur 10 tahun tapi lu ngerasa kalo lu tuh udah jatuh cinta?"
"Yailah, Rev. Kalo yang namanya cinta ya cinta. Cinta itu bisa dateng kapan aja tapi lu harus siap sakit hatinya juga bisa kapan aja juga pastinya. Btw, cewek tembem yang lo maksud itu namanya siapa, Ra?"
"Nah itu dia... Gue gak tau namanya, tapi gue sempet janji ke dia, kalo gue bakal nyanyiin dan mainin piano buat dia."
"Lah? Lo gak tau namanya, terus dia sekarang ada dimana?"
"Gue juga gak tau sih, Rev. Tapi gue berharap gue masih bisa nepatin janji ke dia kalo gue mau nyanyiin sama mainin piano buat dia. Btw, kenapa lo nanyain kisah cinta gue sih?"
"Enggak, abisan lo akhir - akhir ini kayak orang jatuh cinta, kerjaannya ngelamun terus. Awas kesambettt lu ngelamun terus. Udah ah, udah bel pulang mending gue pulang daripada ngeliat lu ngelamun terus. Duluan ya, Ra." Revipun pamit dan akupun langsung ikut keluar dari kelas tetapi menuju ruangan musik yang berada di gedung sebrang dari kelasku.
Diruang musik...
Akupun langsung duduk di depan piano sambil memainkan piano sambil menyanyikan lagu James Blunt yang berjudul You're beautiful...
"You're beautiful, you're beautiful, you're beautiful, it's true. I saw your face in a crowded place and I don't know what to do. Cause I'll never be with you."
~You're beautiful - James Blunt~
Aku terus memainkan lagu You're beautiful ini dengan piano sekolahku dan tiba - tiba aku tersadar kalau aku sudah terlalu lama di ruang musik dan akupun keluar dari ruang musik lalu menuju parkiran.
Akupun baru tersadar kalau diluar udah mulai hujan dengan rintik - rintik gerimis yang menyejukkan dan seketika akupun juga tersadar kalau kak Shinta masih berada di kantin sekolah sendirian tetapi asik dengan laptopnya yang di charger di kantin. Akupun mengurungkan niat untuk menuju keparkiran tetapi aku malah berfikiran untuk nyamperin kak Shinta yang sedang di kantin. Lalu, akupun menuju ke kantin dan ingin mengobrol dengan kak Shinta lagi seperti pagi hari tadi.
Dikantin...
"Halo, kak Shinta." Sapaku kepada kak Shinta dengan nada yang gugup.
"Halo, Araaaa..." Jawabnya dengan semangat dan langsung menatap mataku dengan indah... Ya, itulah kebiasaan kak Shinta, selalu menatap lawan bicaranya dengan fokus tetapi itulah yang membuatku jatuh cinta padanya... Matanya yang indah membuatku lupa diri kalau aku ini hanya sekedar pengaggumnya selama 1 tahun lebih ini.
"Kok belum pulang kak? Malah sendirian disini." Tanyaku.
"Belum di jemput. Kamu sendiri ngapain masih ada disini?"
"Aku tadi mampir dulu ke ruangan musik, Kak."
"Yaaah, tau gitu aku kesitu juga. Kamu main piano ya?"
"Iya kak." Jawabku singkat. Aku baru tersadar, kalau kak Shinta ini mempunyai pipi yang cukup tembem. Ntah, kenapa aku merasa kalau kak Shinta inilah ada gadis kecil yang dulu datang tiba - tiba dan memintaku memainkan piano lalu menyanyikannya, persis seperti permintaannya waktu tadi pagi di kantin ini.
"Eh, keruangan musik yuk. Aku mau nagih janji kamu yang tadi pagi nih." Ucapnya dengan semangat lalu memasukan laptopnya kedalam tasnya.
"Sekarang?" Jawabku kaget.
"Iyalah, mau kapan? Tahun depan? Haha." Ucapnya dengan nada bercanda.
"Yaudah. Ayuk kita ke ruangan musik, Kak."
"Tapi ntar dulu deh ya, disini sejuk..."
"Iya, Kak. Hujan gerimis..."
"Kamu suka hujan, Ra?"
"Aku suka hujan kak, tapi hujan yang gerimis kaya gini. Kesannya romantis. Terkadang, kalo lagi hujan gerimis gini terus kita lagi ngerasa sedih aku suka tiba - tiba ngerasa kalo rasa sedih kita itu ikut terbawa oleh air - air yang terjatuh gitu aja dari air hujan tersebut."
"Kamu... Romantis ya, Ra." Katanya sambil tersenyum.
"Gak juga kok, Kak." Jawabku malu - malu. Aku tidak tahan melihat senyuman kak Shinta, aku tidak pernah membayangkan ketika kak Shinta tersenyum begitu indah kepadaku, karena daridulu aku hanya bisa melihat kak Shinta tersenyum kepada orang lain dan bukan untukku.
"Yaudah, gerimisnya udah mulai hilang nih. Kita ke ruangan musik yuk." Pinta kak Shinta.
"Yuk, Kak."
Akupun berjalan berdua bersama kak Shinta menuju ke ruangan musik, aku masih tidak menyangka kalau aku bisa seakrab seperti ini bersama kak Shinta.
Diruangan musik...
"Kak, mau di nyanyiin lagu apa make piano ini?" Tanyaku.
"Terserah kamu aja, Ra." Jawabnya dan langsung duduk disampingku dan membuatku semakin grogi.
"Yaudah deh, maaf ya kak kalo suaraku gak bagus - bagus banget."
"Iya, gapapa kok."
Akupun mulai menaruhkan tangan - tanganku di atas piano untuk mulai memainkan piano untuk seorang gadis yang selama ini ku kagumi selama 1 tahun lebih ini. Ntah, ini perasaan nekat atau apa, aku berfikir kalau saat ini lah yang paling tepat untuk mengutarakan perasaanku kepada kak Shinta. Akupun memilih lagu The way you look at me - Christian Bautista untuk mengutarakan perasaanku selama ini untuk gadis yang selama ini kusukai dan kusayangi... Ya, dia Shinta Naomi.
"No one ever saw me like you do.
All the things that I could add up too,
I never knew just what a smile was worth.
But your eyes, say everything without a single word. Cause there's something in the way~ you look at me.
It's as if my heart knows, you're the missing piece.
You make me believe, that there's nothing in this world I can't be.
I never know what you see.
But there's something in the way you look at me~"
"Udah ah sampe situ aja" Ucapku pada kak Shinta.
"Ih gak mau! Sampe abissss, lanjutinnnn!!!!."
"Hm.... Yaudah". Akupun kembali bernyanyi...
"I don't know how, or why I feel different in your eyes.
All I know, is it happens every time...
'Cause there's something in the way you look at me~
It's as if my heart knows you're the missing piece.
You make me believe, that there's nothing in this world I can't be.
I never know what you see.
But there's somethin' in the way you look at me, Shintaaa."
"Makasih ya, udah mau nepatin janji kamu dulu."
"Dulu? Kan janjinya baru tadi pagi pas di kantin."
"Kamu udah lupa ya sama gadis kecil yang duduk di samping kamu pas kamu lagi mainin piano?"
"Ha? Jangan bilang... Kalo kak Shinta itu..." Aku kaget sekali pas mengetahui kak Shinta itu ternyata gadis kecil yang dulu memintaku menyanyikannya lagu berserta memainkan piano untuknya.
"Iya, aku dulu gadis kecil yang minta sama kamu buat mainin piano sama nyanyiin aku lagu. Kamu masih inget?"
"Masih, kak. Tapi, aku gak percaya kalo kakak masih inget aku."
"Aku masih inget kamu, Ra. Aku masih inget janji kamu ke aku, Ra. Muka kamu gak banyak berubah sampe sekarang. Aku seneng, aku bisa ketemu cowok yang dulu aku kagumi karena permainan pianonya dan sekarang dia makin jago buat mainin piano tersebut, iya, itu kamu, Ra." Jawabnya dengan mata yang fokus dengan mataku juga. Aku kaget... Aku sama sekali tidak menyangka kalau gadis kecil yang dulu memintaku menyanyikan lagu sambil bermain piano adalah kak Shinta, padahal kukira gadis kecil tersebut umurnya dibawah dariku.
"Kak... Aku masih inget kok."
"Iya, aku tau kok. Eh, iya, kenapa terakhir di lagunya ada namaku?"
"Itu sengaja, Kak. Aku sengaja nambahin supaya kakak tau perasaanku yang sebenernya ke kakak selama ini. Aku juga gak nyangka, gadis kecil yang dulu memintaku memainkan piano dan menyanyikannya itu ternyata kakak. Padahal selama 1 tahun lebih ini, aku selalu suka sama kakak." Jawabku dengan jujur walaupun aku rada malu ketika aku jujur akan perasaanku ini.
"Makasih atas kejujuran hati kamu, Ra. Ternyata cowok yang aku suka dari masa kecil aku ini masih tetep inget sama aku dan masih mau netapin janjinya untukku."
"Kak... Kalo perasaanku lebih dari seorang adik kelas yang dekat dengan kakak kelasnya, apa itu salah?"
"Engga kok. Perasaan itu gak pernah salah, walaupun kamu jatuh cinta dengan orang yang salah."
"Jadi, aku gak salah dong sayang sama kakak?"
"Engga." Jawabnya pendek dan tersenyum padaku. Setelah mendapatkan pengakuan seperti itu, kak Shintapun merebahkan kepalanya ke pundakku. Sungguh, aku kaget sekaligus senang ketika kak Shinta merebahkan kepalanya kepundakku.
"Gak nyangka, gadis kecil yang dulunya kukira lebih muda dariku ternyata kakak kelasku sendiri. Gadis kecil yang membuatku menjadi anak cowok paling konyol karena jatuh cinta pada pandangan pertama ketika umur 10 tahun. Tetapi... Aku yakin, ini memang kenyataan. Iya kan, Kak?"
"Iya. Tapi, aku gak mau kamu manggil aku dengan sebutan kakak. Aneh."
"Aneh?" Tanyaku heran.
"Iya. Pokoknya aneh."
"Shin..." Ucapku hati - hati.
"Apa?"
"Aku sayang kamu. Aku gak nyangka, akhirnya kita dipertemukan dengan cara seperti ini. Aku seneng."
"Iya." Jawabnya singkat dan langsung merangkul tanganku.
Cinta itu bisa datang kapan aja, cinta itu gak kenal umur, cinta itu bisa ada karena kita yakin kalau kita sama - sama tau kalau kita itu saling sayang dan saling ingin memenuhi satu sama lain. Ya, itu yang kurasakan ketika aku bertemu dengan gadis kecilku yang selama ini membuatku merasa berjanji untuk memainkan alunan pianoku untuk dirinya, dia juga yang mengajarkanku arti jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia... Shinta Naomi♥☺
---------
Cinta itu bisa datang kapan aja, cinta itu gak kenal umur, cinta itu bisa ada karena kita yakin kalau kita sama - sama tau kalau kita itu saling sayang dan saling ingin memenuhi satu sama lain. Ya, itu yang kurasakan ketika aku bertemu dengan gadis kecilku yang selama ini membuatku merasa berjanji untuk memainkan alunan pianoku untuk dirinya, dia juga yang mengajarkanku arti jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia... Shinta Naomi♥☺
Tidak ada komentar:
Posting Komentar